28/32 THE HOLY AND THE PROFANE


HIS WAY IS IN THE SANCTUARY
Part 28/32 - Stephen Bohr
THE HOLY AND THE PROFANE

Dibuka dengan doa.

The Bible gives us stories that teaches universal principles that apply in every age. Now, the circumstances of those stories might change, but the principles illustrated by those stories remain eternally. I’d like to begin by speaking about the conquest of Jericho. If you go with me to Joshua chapter 6 we are going to read several verses here in this chapter of the book of Joshua that speaks about the conquest of the promised land. Now, when Israel crossed the Jordan, the first city that they came to was the city of Jericho. And God told them that they should march around the city 7 days, and 7 times the 7th day and of course when they did that, the city was destroyed by God. Now, God had warned the Israelites not to take anything that was in the city for themselves. I’d like to read Joshua 6:18 where we are told, “And you, by all means abstain from the (1)accursed things, lest you become (2)accursed when you take of the (3)accursed things, and make the camp of Israel a curse, and trouble it.”

Now that word “accursed” at least the time where it is used first, and the third time that it is used, is the Hebrew word חרם חרם [khay'-rem, kheh'-rem] and basically that word is also translated in the Old Testament “devoted”. In other words, I believe that the best translation is not “to abstain from accursed things” but “to abstain from devoted things”.

Now, allow me to read you another text from the book of Leviticus where this word is translated “devoted”, so that you can see that it is translated “devoted” in the Old Testament. Leviticus 27:28 uses the same word חרם חרם [khay'-rem, kheh'-rem] it says there “Nevertheless no devoted…” same word “…no devoted offering that a man may devote…” there is that same word again, “…to the LORD of all that he has, both man and beast, or the field of his possession, shall be sold or redeemed; every devoted…” there’s the word used for the third time. “…every devoted offering is most holy to the LORD.”

So I believe in Joshua, a better translation is not “accursed”, the best translation is “devoted”. The things in Jericho were “devoted” or set apart.

Alkitab memberikan kita kisah-kisah yang mengajarkan prinsip-prinsip yang universal untuk setiap masa. Nah, kondisi kisah-kisah itu mungkin berbeda-beda, namun prinsip yang digambarkan oleh kisah-kisah itu tetap kekal. Saya ingin mengawali dengan berbicara mengenai penaklukan Jerikho. Jika kalian bersama saya ke Yoshua pasal 6, kita akan membaca beberapa ayat di pasal ini dari kitab Yoshua yang mengisahkan penaklukkan tanah perjanjian.

Nah, ketika bangsa Israel menyeberangi sungai Yordan, kota pertama yang mereka hadapi adalah kota Yerikho. Dan Tuhan menyuruh mereka untuk berjalan mengitari kota itu tujuh hari, dan pada hari yang ketujuh tujuh kali, dan tentu saja ketika mereka melakukan itu, kota itu dihancurkan oleh Tuhan. Nah, Tuhan sudah memperingatkan bangsa Israel untuk tidak mengambil apa pun di kota itu untuk diri mereka sendiri. Saya ingin membacakan Yoshua 6:18 di mana dikatakan,
Tetapi kamu, sama sekali jauhkanlah dirimu dari barang-barang yang (1)terkutuk, supaya jangan kamu (2)terkutuk pada waktu kamu mengambil barang-barang yang (3)terkutuk itu, dan dengan demikian menjadikan perkemahan orang Israel suatu kutukan dan mencelakakannya.”[NKJV yang diindonesiakan]

Nah, kata “terkutuk” ini, sedikitnya yang pertama dan yang ketiga yang dipakai di sini, adalah kata Ibrani חרם חרם [khay'-rem, kheh'-rem] dan pada dasarnya kata itu di Perjanjian Lama juga diterjemahkan “dikhususkan”. Dengan kata lain, saya yakin terjemahan yang terbaik bukanlah “jauhkanlah dirimu dari barang-barang yang (1)terkutuk,” melainkan jauhkanlah dirimu dari barang-barang yang sudah dikhususkan.”

Nah, izinkan saya membacakan suatu teks yang lain dari kitab Imamat di mana kata ini diterjemahkan “dikhususkan”, supaya kalian bisa melihat bahwa di Perjanjian Lama kata ini diterjemahkan “dikhususkan”. Imamat 27:28 memakai kata yang sama
חרם חרם [khay'-rem, kheh'-rem], dikatakan di sana:Walaupun demikian, tidak ada apa pun yang sudah dikhususkan…” kata yang sama, “….tidak ada apa pun yang sudah dikhususkan oleh seseorang bagi TUHAN yang bisa ia khususkan…” ini, kata yang sama lagi, “….dari segala miliknya, baik manusia atau hewan, maupun ladang miliknya, boleh dijual atau ditebus; setiap kurban yang telah dikhususkan…” ini kata yang sama dipakai untuk ketiga kalinya, “…. adalah maha kudus bagi TUHAN.”[NKJV yang diindonesiakan].

Jadi, saya yakin di kitab Yoshua, terjemahan yang lebih baik bukanlah “terkutuk”, terjemahan yang paling baik adalah “yang sudah dikhususkan”. Barang-barang yang ada di Yerikho sudah “dikhususkan” atau dipisahkan.

Now you say, “Set apart for what?”

Well, the book of Joshua tells us for what. Chapter 6 and verse 19, the very next verse says the following “But all the silver and gold, and vessels of bronze and iron, are consecrated to the LORD; they shall come into the treasury of the LORD.”

What was the gold and the silver and the bronze to be used for? It was to come into the treasury of the Lord. In other words these things were “devoted” to whom? They were “devoted” to God, they weren’t “accursed”, they were “devoted” to God. Interestingly enough in this verse, Joshua 6:19 where it says that they are “consecrated” to the Lord, the Hebrew word there is קדשׁ [qôdesh, ko'-desh] which means “to set apart as holy”.

Nah, kalian berkata, “Dipisahkan untuk apa?”

Kitab Yosua memberitahu kita untuk apa. Pasal 6 dan ayat 19, ayat yang persis berikutnya mengatakan demikian,
Tetapi segala emas dan perak serta bejana-bejana dari tembaga dan besi dikuduskan bagi TUHAN; semuanya itu akan dimasukkan ke dalam perbendaharaan TUHAN.”[NKJV yang diindonesiakan].

Emas dan perak dan tembaga itu dipakai untuk apa? Itu dibawa masuk ke perbendaharaan Tuhan. Dengan kata lain barang-barang ini “dikhususkan” bagi siapa? Mereka “dikhususkan” bagi Tuhan, mereka bukan “terkutuk”, mereka “dikhususkan” bagi Tuhan. Yang menarik, di ayat ini, Yosua 6:19, dikatakan bahwa mereka “dikuduskan” bagi Tuhan, kata Ibraninya di sini adalah קדשׁ [qôdesh, ko'-desh] yang berarti “dipisahkan sebagai [sesuatu] yang kudus”.

Now, listen up. Jericho was the first city that Israel conquered in the promised land. And because it was the first city that Israel conquered, the goods of the city were God’s tithe of the holy land. After that God gave Israel permission to take of the loot when cities fell, but when it was Jericho, the things of Jericho were devoted, they were set apart as holy for the Lord.

Sekarang, dengarkan baik-baik. Yerikho adalah kota yang pertama yang ditaklukkan Israel di tanah perjanjian. Dan karena itu adalah kota yang pertama yang dikuasai bangsa Israel, kekayaan (barang-barang) kota tersebut adalah persepuluhan milik Tuhan dari tanah yang suci itu. Setelah itu, Tuhan memberi izin kepada Israel untuk mengambil semua harta kota-kota yang mereka taklukkan, tetapi tentang Yeriko, barang-barang Yerikho telah dikhususkan, mereka telah dipisahkan sebagai barang-barang yang kudus bagi Tuhan.

Now, there was one individual whose name was Achan who took some of the gold and some of the silver and hid it under his tent. Now, interestingly enough, the sin of Achan was not only the sin of stealing, the sin of Achan was taking what was holy to use for his own secular use. He was taking the tithe of the land that belonged to the Lord and he was using that which was dedicated to the Lord that which was holy, for his common everyday use.

Nah, ada satu orang yang bernama Akhan yang mengambil sejumlah emas dan perak dan menyembunyikannya di bawah tendanya. Nah, cukup menarik, dosa Akhan ini bukan saja dosa mencuri, tetapi dosa Akhan adalah mengambil apa yang kudus untuk dipakai bagi keperluan sekuler (duniawi)nya sendiri. Dia mengambil persepuluhan dari tanah itu yang adalah milik tuhan, dan dia mau memakai apa yang sudah dikhususkan bagi Tuhan, yaitu barang yang kudus untuk kepentingannya sehari-hari yang biasa.

There is one thing which is very clear in the Old Testament as well as in the New, and that is that the priests were to teach the people the difference between the holy and the common. In fact the high priest wore on his forehead a mitre, and I want you to notice what this mitre said, it was kind of like a crown, it had an inscription on it. Exodus 28:36 speaks about this mitre or this crown that he used and the inscription that was upon it. It says here “You shall also make a plate of pure gold and engrave on it, like the engraving of a signet: HOLINESS TO THE LORD.”

What was the inscription on the mitre of the high priest? “Holiness to the Lord”. The priests were to teach the people the distinction between the holy and the common.

Ada satu hal yang sangat jelas di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yaitu para imam harus mengajar umat tentang perbedaan antara yang kudus dari yang biasa. Bahkan, imam besar memakai sebuah topi di dahinya, dan saya ingin kalian perhatikan apa yang tertulis di topi itu. Topi itu seperti suatu mahkota, yang ada tulisannya. Keluaran 28:36 berbicara mengenai topi atau mahkota ini yang dipakai imam besar dan tulisan yang terdapat di atasnya. Dikatakan di sana,Juga haruslah engkau membuat patam dari emas murni dan pada patam itu kauukirkanlah, seperti ukiran pada stempel: ‘Kudus bagi TUHAN’.”[NKJV yang diindonesiakan].

Apa tulisan yang ada pada topi imam besar? “Kudus bagi Tuhan”. Para imam harus mengajar umat perbedaan antara yang kudus dan yang umum.

Let’s read another verse where this is made very, very clear. Ezekiel 44:23, here it is speaking about the priests, and one of the duties of the priests of Israel. Notice what we are told here. And by the way Ezekiel 40-48 is speaking about the services of the temple, so this is in a Sanctuary context. It says there, “And they…” that is the priests “… shall teach My people the difference between the holy and the unholy…” unholy means simply common, “…and cause them to discern between the unclean and the clean.”

In other words the priests of Israel were to teach the people the distinction between the holy and that which was secular or was common.

Mari kita baca ayat yang lain yang akan membuat ini amat sangat jelas. Yehezkiel 44:23, di sini yang dibicarakan adalah imam-imam, dan salah satu tugas para imam Israel. Perhatikan apa yang dikatakan kepada kita di sini. Ketahuilah Yehezkiel pasal 40-48 itu berbicara mengenai pelayanan Bait Suci, jadi ini adalah dalam konteks Bait Suci. Dikatakan di sana, Dan mereka…” yaitu para imam “….harus mengajar umat-Ku tentang perbedaan antara yang kudus dengan yang tidak kudus…” tidak kudus itu artinya biasa, umum, “….dan membuat mereka membedakan antara yang najis dengan yang tahir.”[NKJV yang diindonesiakan].

Dengan kata lain imam-imam Israel harus mengajar umat perbedaan antara yang kudus dan yang sekular(duniawi) atau yang biasa (umum).


You see, in Israel there was holy money and secular money. In Israel there was holy dress and secular dress. In Israel there were common days and holy days. In Israel there were common places and holy places. In Israel there was holy music and common music. In Israel there were holy occasions and there were common occasions. In Israel there were holy vocations and there were common vocations. And the priests were to teach the Israelites the clear distinction between that which had been dedicated to God, that which was holy, and that which was common.

The bible tells us that the priests failed miserably in this task. Ezekiel 22:26 speaks about the priests and their failure to do this task. It says there in Ezekiel 22:26 “Her priests have violated My law and profaned My holy things; they have not distinguished between the holy and unholy, nor have they made known the difference between the unclean and the clean; and they have hidden their eyes from My Sabbaths…” that’s significant, “…they have hidden their eyes from My Sabbaths, so that I am profaned among them.”

So I want to underline the fact that the priests were to teach the people clearly the distinction between that which was holy and that which was common.

Kalian lihat, di Israel ada uang kudus dan uang duniawi. Di Israel ada pakaian kudus dan pakaian duniawi. Di Israel ada hari-hari biasa dan hari-hari yang kudus. Di Israel ada tempat-tempat yang biasa dan tempat-tempat yang kudus. Di Israel ada musik yang kudus dan musik yang biasa. Di Israel ada saat-saat kudus dan saat-saat biasa. Di Israel ada pekerjaan-pekerjaan kudus dan pekerjaan-pekerjaan yang biasa. Dan para imam harus mengajar umat Israel perbedaan yang jelas antara apa-apa yang sudah didedikasikan kepada Tuhan, berarti yang kudus, dan apa-apa yang biasa.

Alkitab mengatakan bahwa imam-imam ini gagal total melakukan tugas mereka. Yehezkiel 22:26 berbicara tentang imam-imam dan kegagalan mereka melakukan tugas ini. Dikatakan di Yehezkiel 22:26,
Imam-imamnya melanggar hukum Taurat-Ku dan menajiskan hal-hal yang kudus bagi-Ku, mereka tidak membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, dan juga tidak mengajarkan perbedaan antara yang najis dengan yang tahir, dan mereka telah menutup mata terhadap hari-hari Sabat-Ku.…” ini signifikan! “….Mereka telah menutup mata terhadap hari-hari Sabat-Ku. Demikianlah Aku dinajiskan di tengah-tengah mereka.”[NKJV yang diindonesiakan]

Jadi, saya mau menekankan faktanya bahwa imam-imam wajib mengajar umat perbedaan yang jelas antara apa-apa yang kudus dan apa-apa yang biasa.

Now, there was one thing in the Sanctuary which was very holy among other things, and that was the incense that was used to burn on the altar of incense or the golden altar. Exodus 30:7-9 speaks about this incense that was to be offered. Incidentally it was a special formula, and no one was to duplicate this holy formula because the Bible tells us that if anybody tried to duplicate the formula and use the incense in a secular environment, the sentence was death. Notice Exodus 30:7-9 “Aaron shall burn on it…” this is the altar of incense, “…sweet incense every morning; when he tends the lamps, he shall burn incense on it. 8And when Aaron lights the lamps at twilight…” that’s in the evening, “…he shall burn incense on it, a perpetual incense before the LORD throughout your generations.…” And then it says, “… 9You shall not offer strange incense on it…” what does that mean “strange incense”? It means any other kind of incense than the incense that was made with this special formula which is holy and dedicated to God. “Don’t you offer any other kind of incense on My altar of incense.” Was God serious about this? Isn’t incense, incense? Absolutely not! There was a special incense that was holy and it was not to be used as secular. And secular incense was not to be presented as holy before the Lord.

Nah, ada satu hal di Bait Suci yang sangat kudus di antara benda-benda lain, dan itu adalah ukupan (dupa) yang dipakai untuk dibakar di mezbah ukupan, atau mezbah emas. Keluaran 30:7-9 berbicara tentang ukupan ini yang dipersembahkan kepada Tuhan. Ketahuilah, ukupan itu dibuat dengan formula yang istimewa, dan tidak ada orang boleh meniru formula kudus ini karena Alkitab mengatakan kepada kita, jika ada orang mencoba meniru formula itu dan memakai ukupan itu dalam lingkungan duniawi, hukumannya adalah mati. Perhatikan Keluaran 30:7-9Di atasnya…” ini adalah di atas mezbah ukupan, “…haruslah Harun membakar ukupan dari wangi-wangian; tiap-tiap pagi, apabila ia membersihkan lampu-lampu, haruslah ia membakar ukupan di atasnya. 8 Dan apabila Harun memasang lampu-lampu itu pada waktu di antara dua senja…” yaitu menjelang senja “….dia harus membakar ukupan di atasnya, suatu ukupan yang terus-menerus di hadapan TUHAN di antara kamu turun-temurun…” Lalu dikatakan, “….9Di atas mezbah itu janganlah kamu persembahkan ukupan yang asing…”[NKJV yang diindonesiakan].

Apa maksudnya “ukupan yang asing”? Artinya ukupan jenis apa pun yang bukan dibuat menurut formula khusus yang kudus dan dikhususkan kepada Tuhan. “Janganlah kamu mempersembahkan ukupan jenis lain apa pun di atas mezbah dupa-Ku.” Apakah Tuhan serius mengenai hal ini? Bukankah dupa itu dupa? Sama sekali tidak! Ada dupa yang khusus yang kudus dan itu tidak boleh dipakai secara sekular. Dan dupa sekular (dupa biasa) juga tidak boleh dipersembahkan sebagai dupa kudus di hadapan Tuhan.

Now the question is what did the incense represent? Well, let’s read a few verses from Scripture to see what the incense symbolized. Psalm 141:2, it says there “Let my prayer be set before You as incense, the lifting up of my hands as the evening sacrifice.”

So what is incense connected with here in Psalm 141:2? It’s connected with prayer. But now listen carefully, this text tells us that the prayer is linked with incense, but there is more to the story. Go with me to Revelation 8:3, the prayer itself was not the incense. The incense was something separate from the prayer. Notice Revelation 8:3 makes this distinction clear. “Then another angel, having a golden censer, came and stood at the altar…” This is in heaven, by the way, this is the heavenly Sanctuary. And it says “… He was given much…” what? “…much incense, that he should offer it with the prayers of all the saints upon the golden altar which was before the throne.”

Does the incense represent the prayers? No, the incense is offered with the prayers. That’s a very important detail.

Nah, pertanyaannya adalah, ukupan (dupa) itu melambangkan apa? Marilah kita membaca beberapa ayat dari Alkitab untuk melihat ukupan itu melambangkan apa. Mazmur 141:2, dikatakan di sana, Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.”

Jadi, ukupan itu berkaitan dengan apa di sini di Mazmur 141:2? Berkaitan dengan doa. Tetapi sekarang dengarkan baik-baik, ayat ini mengatakan kepada kita bahwa doa itu terkait dengan ukupan, tapi ceritanya masih panjang. Marilah bersama saya ke Wahyu 8:3. Doa itu sendiri bukanlah ukupan ini. Ukupan ini adalah sesuatu yang terpisah dari doa. Perhatikan, Wahyu 8:3 membuat perbedaan itu jelas.Maka seorang malaikat lain, membawa sebuah pedupaan emas, datang dan berdiri di dekat mezbah…” Ini di Surga, ketahuilah, ini adalah Bait Suci surgawi. Dan dikatakan, “….Dan kepadanya diberikan banyak…” apa? “….banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas yang ada di hadapan takhta itu.”[NKJV yang diindonesiakan]

Apakah ukupan itu melambangkan doa? Tidak, ukupan itu dipersembahkan bersama-sama dengan doa. Ini adalah detail yang sangat penting.


Now, go with me to Luke 1:8-10 where you have both the symbol and what the symbol represents. Luke 1:8-10, it’s speaking about Zachariah, the father of John the Baptist and he was serving in the Sanctuary. And I want you to notice at what hour he was burning incense on the altar, and what the people were doing outside while he was burning the incense on the altar. It says in Luke 1:8 “So it was, that while he was serving as priest before God in the order of his division…” which by the way was the 8th division, “…9according to the custom of the priesthood, his lot fell to burn incense when he went into the temple of the Lord…” So, Zachariah goes in and he is going to burn incense, now what were the people doing outside? The incense was added to what? To the prayers of the saints. Now that’s the symbol right? That’s the symbol in the Sanctuary. But what does that symbol represent? The last verse tells us, verse 10 says, “… 10And the whole multitude of the people was…” what? “…was praying outside at the hour of incense.”

So there you have the reality: the prayers; and you also have the symbol which is the incense being burnt at the altar. Now, what does the incense represent, if added to the prayers of God’s people?

Nah, mari bersama saya ke Lukas 1:8-10 di mana kita akan mendapatkan keduanya, yaitu simbol beserta apa yang dilambangkan oleh simbol itu. Lukas 1:8-10 berbicara mengenai Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis dan dia sedang melayani di Bait Suci. Dan saya mau kalian perhatikan pada pukul berapa dia membakar ukupan di mezbah, dan apa yang dilakukan orang-orang di luar Bait Suci sementara dia membakar ukupan di mezbah. Dikatakan di Lukas 1:8 Pada suatu kali, sewaktu Zakharia melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan menurut giliran kelompoknya…” ketahuilah itu adalah divisi ke delapan, “….9 sebagaimana lazimnya menurut keimamatan, dia mendapat bagian untuk membakar ukupan pada waktu dia masuk ke dalam Bait Suci Tuhan…” Jadi Zakhariah masuk dan dia akan membakar dupa, nah apa yang dilakukan umat di luar? Ukupan itu ditambahkan kepada apa? Kepada doa orang-orang kudus. Nah, itulah simbolnya, benar? Itulah simbol di Bait Suci. Tetapi simbol itu melambangkan apa? Ayat yang terakhir memberitahu kita, ayat 10 berkata, “….10 Sementara itu seluruh umat berkumpul di luar…” bagaimana? “….sedang sembahyang. Waktu itu adalah waktu pembakaran ukupan.” [NKJV yang diindonesiakan]

Jadi di sini kita dapatkan kenyataannya: yaitu doa-doa; dan kita juga mendapatkan simbolnya, yaitu ukupan yang dibakar di mezbah. Nah, ukupan itu melambangkan apa jika ditambahkan ke doa umat Tuhan?

Let me read you a statement that we find in Selected Messages Vol. 1 pg 329 where Ellen White explains this symbolism of the incense that is added to the prayers of the saints. Can we pray to God, would God listen to our prayers if our prayers went directly to His throne? He would have to destroy us because our prayers are defiled, they come from sinful lips. What must happen with our prayers? They must be cleansed and purified by the righteousness of Christ because He is our intercessor. They can’t go just as bare prayers before the Lord. Notice what we find in this statement, profound. She says, “With the confession of the repenting, believing sinner, Christ mingles His own righteousness that the prayer of fallen men may go up as fragrant incense before the Father and the grace of God be imparted to the believing soul.”

So, what does the incense represent? It represents the merits of Christ’s righteousness that makes our prayers acceptable before God.

Saya akan membacakan suatu pernyataan yang ada di Selected Messages Vol. 1 hal 329 di mana Ellen White menjelaskan simbolisme ukupan yang ditambahkan kepada doa orang-orang kudus ini. Bisakah kita berdoa kepada Tuhan, akankah Tuhan mendengarkan doa kita seandainya doa-doa kita itu langsung menuju ke takhtaNya? Tuhan akan membinasakan kita karena doa-doa kita najis, doa-doa kita datang dari bibir-bibir yang berdosa. Jadi apa yang harus terjadi dengan doa-doa kita? Doa-doa kita harus dibersihkan dan dimurnikan oleh kebenaran Kristus, karena Dialah pengantara kita. Doa-doa kita tidak bisa melayang begitu saja ke hadapan Tuhan. Perhatikan apa yang kita temukan dalam pernyataan yang mendalam ini. Ellen White berkata, “Kristus mencampurkan kebenaranNya sendiri kepada pengakuan seorang berdosa yang sudah bertobat dan percaya, sehingga doa manusia-manusia yang berdosa boleh naik bagaikan ukupan yang wangi ke hadapan Bapa, dan kasih karunia Tuhan pun dikaruniakan kepada orang yang percaya.”

Jadi, ukupan itu melambangkan apa? Melambangkan jasa kebenaran Kristus yang menjadikan doa-doa kita boleh diterima di hadapan Tuhan.

Now, the question is, what does the fire represent? Because you have the incense. The incense represents the merits of Christ that are added to our prayers. But what was it that made the incense ascend? It was the fire, right? The burning of the incense is what made the incense ascend. Now, what does the fire represent? Well, I think you know what fire represents in Scripture symbolically. It represents the Holy Spirit. On the day of Pentecost what happened? Tongues of fire were seen. John the Baptist said He will baptize you with the Holy Spirit and with what? And with fire. Fire in Scripture represents the Holy Spirit. And I am going to show you in a few moments that our prayers are actually aided by the Holy Spirit so that we know what to ask for and how to pray. The Holy Spirit is involved, in bearing our prayers to Christ so that Christ can represent us in the heavenly Sanctuary.

Nah, pertanyaannya adalah, apa yang dilambangkan oleh apinya? Karena ada ukupan, ukupan ini melambangkan jasa Kristus yang ditambahkan kepada doa-doa kita. Tetapi apa yang membuat ukupan itu bisa naik? Apinya, betul? Dengan membakar ukupan itulah membuat ukupan itu bisa naik. Nah, apinya itu melambangkan apa? Nah, saya rasa kalian tahu di Alkitab api itu secara simbolis melambangkan apa. Melambangkan Roh Kudus. Pada hari Pentakosta apa yang terjadi? Lidah-lidah apa muncul. Yohanes Pembaptis berkata Dia akan membaptis dengan Roh dan dengan apa? Dengan api. Di Alkitab, api melambangkan Roh Kudus. Dan sebentar lagi saya akan menunjukkan kepada kalian bahwa doa-doa kita benar-benar mendapatkan bantuan dari Roh Kudus sehingga kita tahu apa yang harus kita minta dan bagaimana kita seharusnya berdoa. Roh Kudus ikut terlibat dengan membawa doa-doa kita kepada Kristus supaya Kristus boleh menajdi pengantara kita di Bait Suci Surgawi.

Now, I want you to notice Leviticus 9:23-24. This is when the Sanctuary sacrifices were established in the wilderness Tabernacle. I want you to notice what happened when the sacrifice had been placed upon the altar. “And Moses and Aaron went into the tabernacle of meeting, and came out and blessed the people. Then the glory of the LORD appeared to all the people, 24and fire came out from before the LORD…” and we spoke about this in the previous lecture how did God show that He accepted the sacrifice of Christ? By the tongues of fire on the day of Pentecost, remember? So notice what it continues saying, verse 24, “…and fire came out from before the LORD, and consumed the burnt offering and the fat on the altar. When all the people saw it, they shouted and fell on their faces.”

So, how did God show that He accepted the sacrifices that were placed upon the altar? He rained fire from heaven. Now, listen carefully. That fire that He rained from heaven was holy fire. It was fire that came from the Lord. Now, let me ask you, if you had compared that fire with any other fire would the two fires look similar? Sure, absolutely. If you stuck your finger in one or the other fire would your finger be burned? Absolutely. If some chemist examine the chemical qualities of common fire and holy fire, would it be the same? Of course! What made that fire holy? The fact that God had rained it from heaven, that was holy fire. And God told the priests, “When you take fire into the Sanctuary, to burn the incense, you make sure that you take this holy fire. Don’t you take Me any other incense and don’t take Me any other fire.”

Nah, saya mau kalian memperhatikan Imamat 9:23-24. Ayat-ayat ini berbicara tentang masa ketika upacara kurban diperkenalkan di Ka’abah yang di padang gurun. Saya mau kalian menyimak apa yang terjadi ketika kurban itu diletakkan di atas mezbah. Masuklah Musa dan Harun ke dalam Kemah Pertemuan. Setelah keluar, mereka memberkati bangsa itu, lalu tampaklah kemuliaan TUHAN kepada segenap bangsa itu.

24 Dan keluarlah api dari hadapan TUHAN…”
Kita kan sudah membahas ini dalam pelajaran terdahulu bagaimana Dia menerima kurban Kristus? Dengan turunnya lidah-lidah api pada hari Pentakosta, ingat? Jadi, perhatikan apa yang dikatakan selanjutnya, ayat 24 “….Dan keluarlah api dari hadapan Tuhan, lalu membakar habis korban bakaran dan segala lemak di atas mezbah. Tatkala seluruh bangsa itu melihatnya, bersorak-sorailah mereka, lalu sujud menyembah.”[NKJV yang diindonesiakan].

Jadi, bagaimana Tuhan menunjukkan bahwa Dia menerima kurban yang ditempatkan di atas mezbah? Dia menghujankan api dari Surga.

Sekarang, dengarkan baik-baik. Api yang diturunkan Tuhan dari Surga adalah api yang kudus. Itu adalah api yang datang dari Tuhan. Nah, coba saya tanya, jika kita membandingkan api itu dengan api yang lainnya, apakah keduanya tampak sama? Tentu, betul sekali. Jika kita memasukkan jari kita di masing-masing api, apakah jari kita akan sama terbakarnya? Betul sekali. Jika seorang ahli kimia memeriksa kandungan kimiawi dari api biasa dan api yang kudus, apakah hasilnya sama? Tentu! Kalau begitu apa yang membuat api itu kudus? Faktanya bahwa Tuhan yang menurunkan api itu dari Surga, itu yang membuatnya api kudus. Dan Tuhan memberitahu para imam, “Pada waktu kalian membawa api ke dalam Bait Suci untuk membakar ukupan, pastikan kalian membawa api yang kudus ini. Janganlah kalian membawa kepadaKu ukupan yang lain dan jangan membawa kepadaKu api yang lain.”


Now, we need to read the very next chapter. Because we have a story of two men, sons of Aaron who ignored that command of God. They took the right incense, but the wrong fire. They used common fire and they presented it as it were holy. Let’s read about it. Leviticus 10:1 “Then Nadab and Abihu, the sons of Aaron, each took his censer and put fire in it, put incense on it…” no problem with the incense evidently, problem with the fire, it represents our prayers taken to the presence of Christ through the work of the Holy Spirit. And it says, “…Then Nadab and Abihu, the sons of Aaron, each took his censer and put fire in it, put incense on it, and offered…” what? “…profane fire…” some versions say “strange fire”, it’s not the fire from the altar, they “…offered profane fire before the LORD, which He had not…” what? “…which He had not commanded them.”

Nah, kita perlu membaca pasal berikutnya. Karena di sana ada kisah dua orang, anak-anak Harun yang tidak mengindahkan perintah Tuhan. Mereka membawa ukupan yang benar, tetapi api yang salah. Mereka memakai api biasa, dan mereka persembahkan itu seakan-akan itu api kudus. Mari kita baca Imamat 10:1 Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu. …” Ternyata tidak ada masalah dengan ukupannya, masalahnya terletak pada apinya. Ini melambangkan doa-doa kita yang dibawa ke hadapan Kristus melalui pekerjaan Roh Kudus. Dan dikatakan, “….Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu, dan mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang…” bagaimana? “….api yang najis…” beberapa terjemahan memakai istilah “api yang asing”, jadi itu bukan api yang berasal dari mezbah, mereka “…mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang najis, yang tidak…” apa? “….Tidak diperintahkan-Nya kepada mereka.”[NKJV yang diindonesiakan].

Did they know which fire they should offer? You’d better believe they knew. Was this willful disobedience and trampling on the holiness of God? It most certainly was. Because God had not commanded them to take that common fire. He said, “You take the holy fire from the altar because that’s the fire that I rained from heaven.” They willfully disobeyed God. So what was the result? When God sees them bringing this common fire, God says, “Ah, who cares? Fire is fire.” Ah-ah! Is God serious when He says that something is holy? Oh, God is very serious when He says that something is holy. And we see how serious He was in this story. We are told in chapter 10 and verse 2, “So fire went out from the LORD and devoured them, and they died before the LORD.”

Wow! Because they presented common fire as if it were what? As if it were holy.

Apakah mereka tahu api mana yang harus mereka persembahkan? Percayalah, mereka sudah tahu. Apakah ini merupakan ketidakpatuhan yang disengaja dan menginjak-injak kesucian Tuhan? Benar sekali. Karena Tuhan tidak menyuruh mereka mengambil api yang biasa. Tuhan berkata, “Ambillah api yang kudus dari mezbah karena itulah api yang Aku turunkan dari Surga.” Mereka dengan sengaja melanggar perintah Tuhan. Jadi apa akibatnya? Ketika Tuhan melihat mereka membawa api biasa ini, Tuhan berkata, “Ah, tidak apa, api ya api.” Oh, tidak! Apakah Tuhan serius ketika Dia berkata bahwa sesuatu itu kudus? Oh, Tuhan sangat serius ketika Dia berkata bahwa sesuatu itu kudus. Dan di kisah ini kita melihat betapa seriusnya Tuhan. Pasal 10 ayat 2 memberitahu kita,Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu melahap keduanya, sehingga mereka mati di hadapan TUHAN.”[NKJV yang diindonesiakan].

Wow! Karena mereka mempersembahkan api yang biasa seakan-akan apa? Seakan-akan itu kudus.

Now, let me read you that statement from Scripture where it says that the Holy Spirit helps us in our prayer life and actually intercedes with us before Jesus with groanings. Romans 8:26-27, here the apostle Paul says, “Likewise the Spirit also helps in our weaknesses. For we do not know what we should pray for as we ought, but the Spirit Himself…” does what? “… makes intercession for us with groanings which cannot be uttered. …” That is what the fire represents, our prayers ascend to God through the help of the Holy Spirit. By the way the Holy Spirit does it through coordinating with angelic hosts as we have studied before.

Nah, saya akan membacakan pernyataan dari Alkitab di mana dikatakan bahwa Roh Kudus yang membantu kita dalam kehidupan doa kita dan sebenarnya menjadi perantara kita di hadapan Yesus dengan merintih.

Roma 8:26-27, di sini rasul Paulus berkata,
Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri…” berbuat apa? “….memohon untuk kita kepada Allah dengan rintihan yang tidak terucapkan.…” [NKJV yang diindonesiakan].

Itulah yang dilambangkan oleh apinya, doa kita naik kepada Tuhan melalui bantuan Roh Kudus. Ketahuilah, Roh Kudus melakukannya dengan berkoordinasi dengan para malaikat, seperti yang sudah pernah kita pelajari.

Now are there certain prayers that God rejects? How about prayers where we pray to God in willful disobedience to God? Does God hear those prayers? Absolutely not. Notice what Scripture has to say to us, Proverbs 28:9, it says here, “One who turns away his ear from hearing the law…” that’s God’s clearly revealed will, “…even his prayer is…” what? “…is an abomination.”

So if you say the Law was nailed to the cross, that we don’t have to keep the Law anymore, or that the Law was for the Jews, we are not under Law but we are under grace, does God listen to those prayers? According to the bible, He doesn’t. Because it says, “One who turns away his ear from hearing the law even his prayer is an abomination.”

Nah, adakah doa-doa tertentu yang ditolak Tuhan? Bagaimana dengan doa yang kita panjatkan kepada Tuhan tetapi kita sengaja tidak mematuhiNya? Apakah Tuhan mendengarkan doa-doa itu? Sama sekali tidak. Perhatikan apa yang dikatakan Alkitab kepada kita. Amsal 28:9, dikatakan di sini,Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum…” yang adalah kehendak Tuhan yang dinyatakan dengan jelas, “…. bahkan doanya adalah kekejian.” [NKJV yang diindonesiakan].

Jadi, jika kita berkata bahwa Hukum telah dipakukan ke salib, bahwa kita tidak usah mematuhi Hukum lagi, atau bahwa Hukum adalah untuk orang Yahudi, bahwa kita tidak di bawah Hukum tapi di bawah kasih karunia; apakah Tuhan mendengarkan doa-doa ini? Menurut Alkitab, Tuhan tidak mendengarkan. Karena dikatakan, Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, bahkan doanya adalah kekejian.”

Notice also Psalm 66:18-20, the same idea comes forth. Psalm 66:18-20 “If I regard iniquity in my heart…” says the psalmist, “…the Lord will not…” what? “…The Lord will not hear. 19But certainly God has heard me; He has attended to the voice of my prayer. 20Blessed be God, Who has not turned away my prayer, nor His mercy from me!”

So what happens when you ~ according to this text ~ when you regard iniquity in your heart, or when you turn away your ear from hearing the explicitly revealed Word of God, what happens? You can pray to God, but Jesus will not present that prayer before the Father. Very serious.

Perhatikan juga Mazmur 66:18-20, gagasan yang sama muncul. Mazmur 66:18-20 Seandainya ada niat jahat dalam hatiku…” kata pemazmur, “….tentulah Tuhan tidak mau…” apa? “…. Tuhan tidak mau mendengar. 19 Namun, Allah telah mendengar aku, Ia telah memperhatikan doa yang kuucapkan. 20 Terpujilah Allah, Yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari padaku.”

Jadi apa yang terjadi pada waktu kita ~ menurut ayat ini ~ pada waktu kita membiarkan ada dosa di hati, atau pada waktu kita memalingkan telinga kita dari mendengar Firman Tuhan yang dinyatakan secara jelas, apa yang terjadi? Kita boleh berdoa kepada Tuhan, tetapi Yesus tidak akan mempersembahkan doa itu ke hadapan Bapa. Sangat serius.

Now, let’s continue our story of Nadab and Abihu. Let’s go to Leviticus 10:3. Now God is going to explain something to Moses and Aaron. He says this “And Moses said to Aaron, ‘This is what the LORD spoke, saying: 'By those who come near Me I must be regarded as…” what? “… holy…” Those who come into My presence must recognize that I am what? That I am holy, “… And before all the people I must be glorified.' So Aaron held his peace.”

God is saying, “When you come into My presence, you make sure that you respect that which is holy.” God is saying, “I will not be played with. I will not be trifled with. You cannot approach Me any old way that you want to approach Me. You have to approach Me on My terms, you have to respect that which is holy.” He is saying, “Don’t consider Me your good old buddy or the man upstairs, consider Me the high and lofty One whose name is Holy, who also comes and inhabits with those who are humble and contrite of heart.” God is serious when He says we are supposed to separate that which is holy from that which is common. I wonder what He says about some worship services of Christians in the world today. We’ll come back to that a little bit later.

Nah, mari kita lanjutkan kisah kita tentang Nadab dan Abihu. Mari kita ke Imamat 10:3. Sekarang Tuhan akan menjelaskan sesuatu kepada Musa dan Harun. Tuhan berkata ini, “Berkatalah Musa kepada Harun: ‘Inilah yang difirmankan TUHAN: ‘Oleh orang yang datang menghampiri Aku, Aku haruslah dianggap…” apa? “… kudus…” Mereka yang datang ke hadiratKu harus mengakui bahwa Aku apa? Bahwa Aku kudus. “…dan di muka seluruh bangsa itu Aku harus dimuliakan.’ Dan Harun tidak berani berkata apa-apa.”[NKJV yang diindonesiakan].

Tuhan berkata, “Bila kamu datang ke hadiratKu, pastikan kamu menghormati apa yang kudus.” Tuhan berkata, “Aku tidak mau dipermainkan. Aku tidak mau dilecehkan. Kamu tidak boleh datang ke hadiratKu seenaknya menurut caramu sendiri. Kamu harus datang ke hadiratKu menurut ketentuanKu, kamu harus menghormati apa yang kudus.” Tuhan sedang berkata, “Jangan menganggap Aku seperti sobat karibmu atau sekadar tamu yang di loteng, anggaplah Aku Yang Maha Tinggi, yang namanya Kudus, yang juga datang dan diam bersama mereka yang rendah hati menyesali dosanya.” Tuhan itu serius ketika Dia berkata bahwa kita harus memisahkan apa-apa yang kudus dari apa-apa yang biasa. Bayangkan apa yang akan dikatakan Tuhan mengenai beberapa upacara ibadah yang dilakukan orang-orang Kristen di dunia sekarang ini. Kita nanti akan kembali ke topik ini.

I want you to notice what we find in Leviticus 10:4-7. God here gives a drastic formula to Moses and Aaron. He says something that is difficult for us to understand. He actually says, “Don’t you dare mourn those two young men.” Wow! Let’s read about it. Notice Leviticus 10 and we’ll read verses 4 through 7, “Then Moses called Mishael and Elzaphan, the sons of Uzziel the uncle of Aaron, and said to them, ‘Come near, carry your brethren from before the sanctuary out of the camp’…” they are thrown outside the camp! Because they are no longer members of God’s chosen people. “…5So they went near and carried them by their tunics out of the camp, as Moses had said. 6And Moses said to Aaron, and to Elemazar and Ithamar, his sons, ‘Do not uncover your heads nor tear your clothes…” which will be signs of afflictions, “…lest you die, and wrath come upon all the people. But let your brethren, the whole house of Israel, bewail the burning which the LORD has kindled. 7You shall not go out from the door of the tabernacle of meeting, lest you die, for the anointing oil of the LORD is upon you.’ And they did according to the word of Moses.”

You see, if the people had mourned these two young men, they would have given the impression that they were sympathizing with them.

Saya mau kalian perhatikan apa yang kita dapati di Imamat 10:4-7. Di sini Tuhan memberikan formula yang drastis kepada Musa dan Harun. Tuhan mengatakan sesuatu yang sulit bisa kita pahami. Dia benar-benar berkata, “Janganlah kalian berani berkabung untuk kedua orang muda itu.” Wow! Mari kita baca tentang ini. Perhatikan Imamat 10 dan kita akan membaca ayat 4 hingga 7.Kemudian Musa memanggil Misael dan Elsafan, anak-anak Uziel, paman Harun, lalu berkatalah ia kepada mereka: ‘Datang ke mari, angkatlah saudara-saudaramu ini dari depan tempat kudus ke luar perkemahan.’…” Mereka dilemparkan keluar perkemahan. Karena mereka tidak lagi dianggap bagian dari umat pilihan Tuhan. “…. 5 Mereka datang, dan mengangkat mayat keduanya dengan memegang jubah mereka, ke luar perkemahan, seperti yang dikatakan Musa. 6 Kemudian berkatalah Musa kepada Harun dan kepada Eleazar dan Itamar, anak-anak Harun: "Janganlah kamu membuka tutup kepalamu dan mencabik pakaianmu…” yang adalah tanda-tanda berkabung, “…supaya jangan kamu mati dan murka TUHAN mengenai segenap umat ini, tetapi biarlah saudara-saudaramu, yaitu seluruh bangsa Israel, menangis karena api yang dinyalakan TUHAN itu. 7Janganlah kamu keluar dari pintu Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati, karena minyak urapan TUHAN ada di atasmu.’ Mereka melakukan sesuai dengan perkataan Musa.” [NKJV yang diindonesiakan]

Kalian lihat, jika orang-orang berani berkabung untuk kedua orang muda tersebut, itu akan memberikan kesan bahwa mereka bersimpati kepada kedua orang muda itu.

Do you remember what happened in the rebellion of Korah, Dathan and Abiram? You see, they weren’t Levites but they wanted to be priests. And so they brought their censers before the Lord saying, “We want to be priests, you know, we are capable, able to do it, so why does the Lord say we can’t?” And so Moses says, “Bring your censers.” And they brought their censers 250 of them. And Moses says, “If I am a prophet of the Lord and the earth opens up and swallows you up, then you are going to know whether I am right or not.” And the bible says that the earth opened up and swallowed up these 250 men. And do you know what Israel did? They started condemning the Lord and sympathizing with those who had been swallowed up by the earth.

And God says, “Now, wait a minute!” God was not going to allow that to happen with Nadab and Abihu. If people had mourned them, it would have been an announcement that they were sorry for the death of the young men. God says, “You should be sorry that My holiness has been trampled upon.”

Ingatkah kalian apa yang terjadi pada pemberontakan Korah, Datan dan Abiram? Kalian lihat, mereka bukan orang-orang Lewi, tetapi mereka mau menjadi imam. Maka mereka membawa perdupaan mereka ke hadapan Tuhan dan berkata, “Kami mau menjadi imam, engkau tahu bahwa kami mampu, kami bisa melakukannya, jadi mengapa Tuhan berkata kami tidak boleh?” Dan Musa berkata, “Bawalah perdupaanmu.” Dan mereka membawa perdupaan mereka, 250 orang semuanya. Dan Musa berkata, “Jika aku adalah nabi Tuhan, dan bumi ini menganga dan menelan kalian, maka kalian akan tahu apakah aku benar atau tidak.” Dan Alkitab berkata bahwa bumi menganga dan menelan seluruh 250 orang itu. Dan tahukah kalian apa yang dilakukan Israel? Mereka mulai mencela Tuhan dan bersimpati dengan orang-orang yang ditelan bumi itu.

Dan Tuhan berkata, “Tunggu dulu!” Tuhan tidak akan mengizinkan hal yang sama terjadi pada kasus Nadab dan Abihu. Jika orang Israel berkabung untuk mereka, itu sama dengan mereka menyatakan bahwa mereka menyesalkan kematian orang-orang muda tersebut. Tuhan berkata, “Kalian justru harus menyesal karena kekudusanKu telah terinjak-injak.”


Now, we need to ask a very important question. Why did Nadab and Abihu offer common fire before the Lord? They knew that they had to offer holy fire. Why did they take common fire and offered it? Why is it that they saw no difference between the holy and the common. The book of Leviticus explains why. Notice chapter 10 and verses 8 and 9. Leviticus 10:8-9, it says, “Then the LORD spoke to Aaron, saying…” listen to counsel now, “…9’Do not drink wine or intoxicating drink, you, nor your sons with you, when you go into the tabernacle of meeting, lest you die. It shall be a statute forever throughout your generations’…”

Why weren’t Nadab and Abihu able to distinguish the holy from the common? Because they were under the influence. They were intoxicated with wine which did not allow them to distinguish the holy from the common. Not only that, Moses also gave some additional counsel. He says, “Don’t intoxicate yourself, so that you don’t die before the Lord so that you are able to distinguish between the holy and the common.” But then notice what he also says in verses 10 and 11 of Leviticus 10. “that you may distinguish between holy and unholy, and between unclean and clean…” and here comes the additional thing, “…11and that you may teach the children of Israel all the statutes which the LORD has spoken to them by the hand of Moses."

Sekarang, kita perlu mengajukan pertanyaan yang sangat penting. Mengapa Nadab dan Abihu mempersembahkan api biasa di hadapan Tuhan? Mereka sudah tahu mereka harus mempersembahkan api yang kudus. Mengapa mereka mengambil api biasa dan mempersembahkannya? Mengapa mereka tidak bisa melihat bedanya antara yang kudus dari yang biasa? Kitab Imamat menjelaskan mengapa. Perhatikan pasal 10 dan ayat 8 dan 9. Imamat 10:8-9 berkata,TUHAN berfirman kepada Harun…” dengarkanlah nasihatnya sekarang, “….9 ‘Janganlah engkau minum anggur atau minuman keras, engkau serta anak-anakmu, bila kamu masuk ke dalam Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati. Itulah suatu ketetapan untuk selamanya bagi kamu turun-temurun.’”

Mengapa Nadab dan Abihu tidak bisa membedakan yang kudus dari yang biasa? Karena mereka berada di bawah pengaruh alkohol. Mereka mabuk anggur yang membuat mereka tidak bisa membedakan yang kudus dari yang biasa. Bukan hanya itu, Musa juga memberikan beberapa nasihat tambahan. Dia berkata, “Jangan membuat dirimu mabuk, supaya jangan kamu mati di hadapan Tuhan, supaya kamu bisa membedakan antara yang kudus dan yang biasa.” Tetapi, simak apa katanya kemudian di ayat 10 dan 11 dari Imamat pasal 10,Supaya kamu dapat membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, antara yang najis dengan yang tidak najis…” sekarang inilah tambahannya, “….11 dan haruslah kamu dapat mengajarkan kepada orang Israel segala ketetapan yang telah difirmankan TUHAN kepada mereka dengan perantaraan Musa.” [NKJV yang diindonesiakan].

In other words, the counsel given is “Don’t drink when you go into the Sanctuary, so that you can distinguish the holy from the common, and also so that you have clear minds and you are able to teach the statues or the Laws of God to His people, to Israel.”

So what was the great sin of Nadab and Abihu? It was the sin of taking that which was common and presenting it to God as if it was holy.

How did God look upon that? Not very favorably according to the story.

Dengan kata lain, nasihat yang diberikan adalah, “Jangan minum minuman keras bila kamu masuk ke Bait Suci, supaya kamu bisa membedakan yang kudus dari yang biasa, dan juga agar kamu memiliki pikiran yang jernih dan bisa mengajarkan ketetapan-ketetapan atau hukum-hukum Tuhan kepada umatNya, kepada Israel.”

Jadi apakah dosa besar Nadab dan Abihu? Dosanya adalah mengambil apa yang biasa dan mempersembahkannya kepada Tuhan sebagai kudus.

Bagaimana Tuhan memandang perbuatan itu? Menurut kisahnya, tidak dengan senang hati.


But now I want us to look at another story, that presents the other side of the coin. The other side of the coin, meaning, how does God feel when somebody takes something that is holy and treats it as if it is common?

See, the problem of Nadab and Abihu was that they took which was common and presented it as if it was holy. How does God feel when we take something which is holy and we treat it as though it is common. We have a story in the bible that illustrates that point. Daniel chapter 5. Go with me to Daniel chapter 5:1. This chapter describes the fall of Babylon when Darius the Mede ~ Darius as he is usually called ~ when Darius the Mede came to Babylon and dried up the river Euphrates and the city fell. Now that night the bible tells us Belshazzar was celebrating a special banquet. Imagine the invading army were outside the city and here he was having a banquet for a thousand of his leaders. Now notice what we find in Daniel 5:1. Belshazzar the king made a great feast for a thousand of his lords…” and now comes a very important detail, “…and drank wine in the presence of the thousand.” This was the straw that broke the camel’s back, we are going to notice. He was drinking wine, he was intoxicated. And for that reason he was not able to distinguish what was holy from what was common. Go with me to verse 2 of Daniel chapter 5, it says, “While he tasted the wine…” this is interesting, “…While he tasted the wine…” He was drinking wine, while he was drinking the wine, “… Belshazzar gave the command…” listen, “…to bring the gold and silver vessels which his father Nebuchadnezzar had taken from the temple…” are these holy vessels? Absolutely! “…which had been in Jerusalem, that the king and his lords, his wives, and his concubines might…” what? “…might drink from them.”

Interesting! That he would take the holy vessels, and he would treat them as if they were what? As if they were common, drinking in a common social activity, at a banquet.

Now you are saying, “Did Belshazzar know that he was doing wrong?” We are going to notice that he knew very well what those vessels were and where they had come from. He knew the whole story of Nebuchadnezzar, and yet he still ~ because he was intoxicated, he couldn’t think straight ~ he brought those holy vessels and he treated them as if they were common.

Notice Daniel 5:3 “Then they brought the gold vessels that had been taken from the temple of the house of God…” holy vessels, folks, “… which had been in Jerusalem; and the king and his lords, his wives, and his concubines…” did what? “…drank from them.”

Tetapi sekarang saya mau kita melihat kisah yang lain, yang merupakan sisi lain dari mata uang yang sama. Sisi lain dari mata uang yang sama berarti, bagaimanakah perasaan Tuhan pada waktu seseorang mengambil sesuatu yang kudus dan memperlakukannya seolah-olah sesuatu yang biasa?

Lihat, masalah Nadab dan Abihu adalah mereka mengambil apa yang biasa dan mempersembahkannya seakan-akan itu sesuatu yang kudus. Bagaimana perasaan Tuhan bila kita mengambil sesuatu yang kudus dan kita perlakukan seakan-akan sesuatu yang biasa? Ada suatu kisah dalam Alkitab yang menggambarkan poin ini. Daniel pasal 5. Marilah bersama saya ke Daniel pasal 5 ayat 1. Pasal ini menggambarkan jatuhnya kerajaan Babilon ketika Deraies raja Media ~ atau Darius sebagaimana dia disebut umumnya ~ ketika Deraies raja Media datang ke Babilon dan mengeringkan sungai Efrat dan kota itu jatuh. Alkitab berkata, malam itu Belsyazar sedang mengadakan perayaan jamuan makan istimewa. Bayangkan, pasukan yang akan menyerbu sudah berada di luar kota dan dia masih mengadakan pesta jamuan makan untuk seribu pembesarnya. Nah, perhatikan apa yang kita dapati di Daniel 5:1
Raja Belsyazar mengadakan perjamuan yang besar untuk para pembesarnya, seribu orang jumlahnya…” dan sekarang muncul keterangan yang sangat penting, “…dan di hadapan seribu orang itu ia minum-minum anggur.”

Kita akan melihat bahwa itulah pelanggarannya yang terakhir yang membuat Tuhan menghukumnya. Dia sedang minum anggur, dia sedang mabuk. Dan karena itu dia tidak bisa membedakan apa yang kudus dari apa yang biasa. Marilah bersama saya ke ayat 2 dari Daniel pasal 5, dikatakan,Sementara dia minum anggur…” ini menarik, “….Sementara dia minum anggur…” dia sedang minum anggur, sementara dia sedang minum anggur itu, “….Belsyazar menitahkan orang…” dengarkan, “….untuk membawa bejana-bejana dari emas dan perak yang telah diambil oleh Nebukadnezar, ayahnya, dari dalam Bait Suci…” apakah bejana-bejana ini kudus? Betul sekali! “….yang ada di Yerusalem, supaya raja dan para pembesarnya, para isterinya dan para gundiknya boleh…” apa? “….boleh minum dari bejana-bejana itu.”[NKJV yang diindonesiakan]

Menarik! Bagaimana dia mengambil bejana-bejana yang kudus dan dia memperlakukan mereka seakan-akan itu apa? Seakan-akan benda-benda biasa. Minum-minum dalam suatu kegiatan sosial yang biasa, dalam suatu jamuan.

Nah, kalian berkata, “Apakah Belsyazar tahu apa yang dilakukannya?” Kita akan melihat bahwa dia sangat tahu bejana-bejana tersebut itu apa dan dari mana asalnya. Dia sudah tahu seluruh kisah Nebukadnezar, namun dia tetap ~ karena dia mabuk dan dia tidak bisa berpikir jernih ~ dia membawa bejana-bejana yang kudus itu dan dia memperlakukan mereka seakan-akan itu benda-benda biasa.

Perhatikan Daniel 5:3
Kemudian dibawalah bejana-bejana dari emas dan perak itu, yang diambil dari dalam Bait Suci, Rumah Allah…” bejana-bejana yang kudus, Saudara-saudara, “….yang ada di Yerusalem, lalu raja dan para pembesarnya, para isterinya dan para gundiknya…” berbuat apa? “….minum dari bejana-bejana itu.”[NKJV yang diindonesiakan].

Now, I want you to notice something very important in the next verse. They were intoxicated and therefore they were not able to distinguish the holy from the common and the end result was, they ended up practicing idolatry. Notice Daniel 5:4 “They drank wine, and praised…” what? “…and praised the gods of gold and silver, bronze and iron, wood and stone.”

Did a failure to distinguish between the holy and the common lead to idolatry? Absolutely. It led to worshiping idols that were made with men’s hands. Are you following me or not? Very, very important. It led to breaking the commandments that says “Thou shalt not have any other gods before Me” and the commandment that says, “Don’t make images and don’t bow down to those images” and it was also trampling on the name of God. And so basically what we find here is that Belshazzar because he did not distinguish the holy from the common fell into idolatry and trampled the commandments of God, particularly the first table of the Law.

Nah, saya mau kalian perhatikan sesuatu yang sangat penting dalam ayat berikutnya. Mereka sedang mabuk dan oleh karenanya mereka tidak bisa membedakan yang kudus dari yang biasa, dan akhirnya mereka mempraktekkan penyembahan berhala. Perhatikan Daniel 5:4 mereka minum anggur dan memuja…” apa? “….dewa-dewa dari emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan batu.” [NKJV yang diindonesiakan].

Apakah kegagalan untuk membedakan yang kudus dari yang biasa membawa kepada penyembahan berhala? Betul sekali. Itu membawa kepada penyembahan berhala yang telah dibuat oleh tangan-tangan manusia. Apakah kalian mengikuti saya atau tidak? Amat sangat penting. Ini mengakibatkan pelanggaran terhadap perintah yang berkata, “Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu” dan perintah yang berkata, “Jangan membuat patung dan jangan sujud menyembah patung-patung itu”, dan juga ini menginjak-injak nama Tuhan. Jadi pada dasarnya apa yang kita lihat di sini adalah karena Belsyazar tidak membedakan yang kudus dari yang biasa, dia jatuh kepada penyembahan berhala dan menginjak-injak perintah-perintah Tuhan, terutama yang tertulis di loh batu yang pertama.

Now, let’s go to Daniel 5:5-6, this is the straw that broke the camel’s back as I was mentioning to you. See, God has put up with a lot when it came to Belshazzar, but when it came to not distinguishing the holy from the common, and as a result trampling on God’s commandments and practicing false worship, God says, “That’s it.” Notice Daniel 5:5-6, “In the same hour the fingers of a man's hand appeared and wrote opposite the lampstand on the plaster of the wall of the king's palace; and the king saw the part of the hand that wrote. 6Then the king's countenance changed, and his thoughts troubled him, so that the joints…” I like the way this is described, “…so that the joints of his hips were loosened and his knees knocked against each other.”

And so to make a long story short, eventually Daniel comes to interpret the meaning of the handwriting on the wall because the experts in Babylon couldn’t do it. And Daniel gives them a long speech about the story of Nebuchadnezzar’s insanity, because he became arrogant and proud, God said “I humbled him for seven years.” And then in verse 22 of chapter 5, we see that Belshazzar knew this very well. He was trampling on what he knew very well was holy. It says in Daniel 5:22 “But you his son, Belshazzar, have not humbled your heart, although you knew all this.”

Was this willful disobedience to God in for us taking what was holy and treating it as that was common and trampling on God’s commandments and practicing false worship? Absolutely.

Nah, mari kita ke Daniel 5:5-6, inilah pelanggarannya yang terakhir yang membuat Tuhan menghukumnya, seperti yang sudah saya katakan tadi. Lihat, Tuhan sudah sangat bersabar terhadap Belsyazar, tetapi pada waktu dia tidak membedakan antara yang kudus dari yang biasa, dan sebagai akibatnya dia menginjak-injak perintah-perintah Tuhan dan mempraktekkan penyembahan yang palsu, Tuhan berkata, “Cukup!” Perhatikan Daniel 5:5-6 Pada waktu itu juga tampaklah jari-jari tangan manusia menulis pada kapur dinding istana raja, di depan kaki dian, dan raja melihat tangan yang sedang menulis itu. 6Lalu raja menjadi pucat, dan pikiran-pikirannya menggelisahkan dia; sehingga sendi-sendi…” saya suka caranya melukiskan ini, “…. Sehingga sendi-sendi pangkal pahanya menjadi lemas dan lututnya berantukan satu sama lain.”[NKJV yang diindonesiakan].

Maka untuk mempersingkat kisah yang panjang, akhirnya Daniel datang untuk menerjemahkan arti tulisan pada dinding karena orang-orang pintar di Babilon tidak mampu melakukannya. Dan Daniel memberikan kuliah panjang mengenai kisah gilanya Nebukadnezar pada waktu dia menjadi sombong dan congkak, Tuhan berkata, “Aku merendahkannya selama tujuh tahun.” Lalu di ayat 22 dari pasal 5, kita lihat bahwa Belsyazar sangat menyadari hal ini. Dia sedang menginjak-injak apa yang dia tahu adalah kudus. Dikatakan di Daniel 5:22, Tetapi tuanku, Belsyazar, anaknya, tidak merendahkan diri, walaupun tuanku mengetahui semuanya ini.”

Apakah ini ketidakpatuhan yang disengaja terhadap Tuhan jika kita mengambil apa yang kudus dan memperlakukannya seolah-olah sesuatu yang biasa dan menginjak-injak perintah-perintah Tuhan dan mempraktekkan penyembahan yang palsu? Betul sekali.

Now there are other stories in the Old Testament and in the New Testament that illustrate the same principle. Remember the story of Uzzah? God had said, “Don’t you touch the Ark.” You know the Ark was being brought back from the Philistine cities and it was going up a hill and it looked like it was going to fall off, and the bible says that a man called Uzzah reached out to hold the Ark, and God said, “Uzzah, thank you for saving My Ark”? No, that’s not what God said. The bible says, instantly he dropped dead because he had touched the holy Ark of God. Does God take seriously what He has made holy? Oh, yes, He does.

You know Christians don’t want to talk about that today, they want a lovey-dovey God, you know, a Santa Claus God. And even better than Santa Claus, He gives presents to those who are naughty and nice.

Nah, ada kisah-kisah lain di Perjanjian Lama dan juga di Perjanjian Baru yang menggambarkan prinsip yang sama. Ingat kisah Uza? Tuhan sudah berkata, “Jangan menyentuh Tabut Perjanjian.” Kalian tahu waktu itu Tabut Perjanjian dibawa pulang dari kota-kota Filistin dan keretanya sedang menaiki bukit dan sepertinya akan terguling, dan Alkitab berkata bahwa seorang yang bernama Uza mengulurkan tangannya untuk menahan Tabut Perjanjian, dan Tuhan berkata, “Uza, terima kasih telah menyelamatkan Tabut PerjanjianKu”? Tidak! Tuhan tidak berkata begitu. Alkitab berkata, pada detik itu juga Uza jatuh mati karena dia telah menyentuh Tabut Perjanjian yang kudus. Apakah Tuhan menganggap serius apa yang telah dikuduskan olehNya? Oh, ya, betul.

Kalian tahu, orang-orang Kristen tidak suka membicarakan hal itu hari ini, mereka menginginkan Tuhan yang pengasih dan penyayang, Tuhan Santa Claus, bahkan lebih baik daripada Santa Claus, karena Dia memberikan hadiah kepada mereka yang nakal maupun yang baik.


Now, the story of Ananias and Sapphira, remember that story? That’s New Testament now. That’s after the day of Pentecost. Remember that they had devoted a certain amount of money to the Lord and they held back some of it? And so they come and Peter says, “Have you given all the money?” “Yes, we have.” Booom! Ananias falls dead. And then Saphira comes in. And Peter says, “Did you sell what you said you were going to sell and give the money to the Lord?” “Yes, we did.” Booom! She fell and she died on the spot. Because they had held back what they had devoted as holy to the Lord.

Nah, kisah Ananias dan Safira, ingat kisah itu? Itu Perjanjian Baru. Itu terjadi setelah hari Pentakosta. Ingat bahwa mereka telah menjanjikan sejumlah uang kepada Tuhan tetapi ada yang mereka tahan? Maka mereka datang dan Petrus berkata, “Apakah kamu sudah menyerahkan semua uangnya?” “Ya, sudah.” Booom! Ananias jatuh mati. Lalu datanglah Safira dan Petrus berkata, “Apakah sudah kamu jual apa yang katanya mau kamu jual dan uangnya diberikan kepada Tuhan?” “Ya, sudah.” Booom! Safira jatuh dan dia mati di tempat. Karena mereka telah menahan apa yang sudah mereka khususkan sebagai sesuatu yang kudus untuk Tuhan.

Do you remember what happened to the prophet, when the prophet Elijah who it seems have the same type of problem that I have, he was going bald, but you know the 42 kids you know they come running behind Elijah and they say, “Go up, you baldhead! Go up, you, baldhead!” The bible says that he turned and he cursed them in the name of the Lord. See, he was God’s holy prophet. Don’t you criticize God’s holy prophet, you might get leprosy, remember the story of Miriam who criticize Moses? The bible says that two she bears came out and the bible doesn’t say that they killed the children but the bible says that they went away and they were hurt by these two she-bears, because God expected His holy prophet to be respected.

Apakah kalian ingat apa yang terjadi pada seorang nabi, ketika nabi Elia yang rupanya memiliki masalah yang sama seperti yang saya miliki, yaitu rambutnya habis. Dan kalian tahu ada 42 orang anak-anak yang berlarian di belakangnya dan mengejeknya, “Ayo, naik, Gundul! Ayo, naik, Gundul!” (2 Raja 2:24) Alkitab berkata Elia berpaling dan dia mengutuk mereka dalam nama Tuhan. Kalian lihat, dia adalah nabi kudus Tuhan, jangan kita mengritik nabi kudus Tuhan, kita bisa kena kusta ~ ingat kisah Miriam yang mengritik Musa? Alkitab berkata dua beruang betina muncul dan walaupun Alkitab tidak berkata bahwa beruang-beruang itu membunuh anak-anak tersebut, tetapi dikatakan mereka pergi dan dilukai oleh kedua beruang betina itu, karena Tuhan menghendaki nabiNya yang kudus dihormati.

Now, let’s talk about the end time scenario of all of this. Because these are stories that we find in Scripture that have principles that we need to apply to end time events. Revelation chapter 17 ~ and we are not going to study this chapter, this is a complex chapter, I’ve done some presentations on this chapter before if you are interested ~ now Revelation chapter 17, just summarizing, you have a harlot woman, and this harlot woman is seated on many waters, the waters represent multitudes, nations, tongues and peoples. The bible says that this harlot is clothed in purple and scarlet and she has daughters that were born from her, because she is the mother of harlots according to this passage. The bible tells us that she has a cup in her hand. And what do you suppose is in the cup? Wine. Wilkes? No, Ernest & Julio Gallo, hehehehe, fermented wine. And she gives this wine to the kings of the earth, and she gives this wine to the multitudes of the earth, and she makes them drunk. And prophecy tells us that as a result people practiced idolatry and they trampled on the commandments of God, and they persecute those who keep the commandments of God.

Nah, mari kita berbicara tentang skenario akhir zaman dari semua ini. Karena kisah-kisah ini yang kita temukan dalam Alkitab memiliki prinsip yang perlu kita aplikasikan kepada peristiwa-peristiwa akhir zaman. Wahyu pasal 17 ~ dan kita tidak akan mempelajari pasal ini, ini adalah pasal yang kompleks, saya telah membuat beberapa presentasi tentang pasal ini jika kalian berminat ~ nah, Wahyu pasal 17, hanya menyimpulkannya: ada seorang perempuan pelacur, dan pelacur ini duduk di atas banyak air ~ air melambangkan orang banyak, bangsa-bangsa, bahasa dan kaum. Alkitab berkata bahwa pelacur ini memakai pakaian berwarna ungu dan kirmizi dan dia memiliki anak-anak perempuan yang lahir darinya, karena dia adalah ibu dari wanita-wanita pelacur, menurut ayat ini. Alkitab berkata bahwa dia membawa sebuah cawan di tangannya. Dan menurut kalian apa yang ada di dalam cawannya? Anggur. Wilkes? Bukan, Ernest & Julio Gallo, hehehe, anggur yang difermentasi. Dan dia memberikan anggur ini kepada raja-raja di bumi, dan dia memberikan anggur ini kepada orang banyak di bumi, dan membuat mereka mabuk. Dan nubuatan memberitahu kita bahwa akibatnya orang-orang mempraktekkan penyembahan berhala dan mereka menginjak-injak perintah-perintah Tuhan, dan mereka menganiaya orang-orang yang memelihara perintah-perintah Tuhan.

Allow me to read you a passage from Great Controversy pg 389, powerful statement from Ellen White, she saw what this wine represent and if I had time I would need a whole lecture to deal with what is Babylon’s abominable wine. It represents her false teachings or her false doctrines. Notice what she says, “When faithful teachers expound the Word of God, there arise men of learning, ministers professing to understand the Scripture who denounce sound doctrine as heresy, and thus turn away inquirers after the truth. Were it not that the world is hopelessly intoxicated with the wine of Babylon, multitudes would be convicted and converted by the plain, cutting truths of the word of God. But religious faith appears so confused and discordant that the people know not what to believe as truth….” And then she says this, “…The sin of the world’s impenitence lies at the door of the church.”

Izinkan saya membacakan suatu kutipan dari Great Controversy hal 389, suatu pernyataan yang keras dari Ellen White. Dia melihat apa yang dilambangkan oleh anggur ini, dan seandainya saya punya waktu saya memerlukan waktu satu pelajaran penuh untuk membahas apa anggur Babilon yang keji ini. Ini melambangkan ajaran-ajarannya yang palsu, doktrin-doktrinnya yang palsu. Perhatikan apa kata Ellen White,
“Ketika guru-guru yang setia menjelaskan Firman Tuhan, muncullah orang-orang yang cendekia, hamba-hamba Tuhan yang mengaku memahami Alkitab, yang menyatakan doktrin yang benar sebagai sesat, dan dengan demikian membuat para pencari kebenaran berpaling. Seandainya dunia tidak sedemikian tidak berdayanya dimabukkan oleh anggur Babilon, banyak orang akan diyakinkan dan ditobatkan oleh kebenaran Firman Tuhan yang jelas dan tajam. Tetapi iman kerohanian tampak begitu kisruh dan morat-marit hingga orang-orang tidak lagi tahu harus mempercayai yang mana sebagai kebenaran…” Lalu Ellen White berkata demikian, “…Dosa dari dunia yang tidak bertobat terletak pada gereja.”

Who is to blame for the confusion in the world, the religious and doctrinal confusion in the world? It is the religious leaders, the ministers, that are teaching things that are not found in God’s Word and they are teaching practices that the Word of God condemns. This is the reason why God gives the last time message to those who are in these churches, and He calls them to come out. Notice Revelation 18:1-5. After talking about the fall of Babylon, and the sinfulness of Babylon, God makes a call for His people to come out. “After these things I saw another angel coming down from heaven, having great authority, and the earth was illuminated with his glory. 2And he cried mightily with a loud voice, saying, ‘Babylon the great is fallen, is fallen, and has become a dwelling place of demons, a prison for every foul spirit, and a cage for every unclean and hated bird!…” these are unclean birds, they represent demons. Remember when Jesus spoke in the parable of the sower that the birds came and took away the seed of the truth? And then He explains what it means, Satan comes and he takes away the seed of truth from the hearts so that people will not believe. Notice verse 3, “… 3For all the nations…” this is why Babylon has become this way, “…For all the nations have…” what? “…have drunk of the wine of the wrath of her fornication, the kings of the earth have committed fornication with her, and the merchants of the earth have become rich through the abundance of her luxury.’…” Now, notice, “… 4 And I heard another voice from heaven saying, ‘Come out of her, My people, lest you share in her sins, and lest you receive of her plagues. 5 For her sins have reached to heaven, and God has remembered her iniquities.”

Kebingungan di dunia, kesemrawutan rohani dan doktrinal di dunia ini salah siapakah? Para pemimpin rohani, para hamba Tuhan yang mengajarkan hal-hal yang tidak ditemukan di dalam Firman Tuhan, dan mereka mengajarkan praktek-praktek yang dikutuk oleh Firman Tuhan.
Inilah alasannya mengapa Tuhan memberikan peringatanNya yang terakhir kepada mereka yang berada di dalam gereja-gereja ini, dan Dia memanggil mereka untuk keluar. Perhatikan Wahyu 18:1-5. Setelah berbicara mengenai kejatuhan Babilon dan betapa berdosanya Babilon, Tuhan membuat seruan memanggil umatNya untuk keluar. Kemudian dari pada itu aku melihat seorang malaikat lain turun dari sorga. Ia mempunyai kekuasaan besar dan bumi menjadi terang oleh kemuliaannya. 2 Dan ia berseru dengan suara yang kuat, katanya: ‘Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu, dan ia telah menjadi tempat kediaman roh-roh jahat dan tempat bersembunyi semua roh najis dan kandang segala burung yang najis dan yang dibenci…” ini adalah burung-burung yang haram, mereka melambangkan setan-setan. Ingat ketika Yesus berbicara dalam parabel penabur, bagaimana burung-burung datang dan mengambil benih kebenarannya? Lalu Yesus menjelaskan apa maksudnya, yaitu Setan datang dan dia mengambil benih kebenaran dari hati sehingga manusia tidak akan percaya. Perhatikan ayat 3 “…3 karena semua bangsa telah…” apa? “….telah minum dari anggur murka cabulnya, dan raja-raja di bumi telah berbuat cabul dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan kemewahannya.’…” Sekarang, perhatikan, “….4 Lalu aku mendengar suara lain dari sorga berkata: ‘Keluarlah darinya, hai umat-Ku, supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya. 5 Sebab dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah mengingat segala kejahatannya.”[NKJV yang diindonesiakan]

Does God have a people in Babylon? Does God have a people in all these churches where the truth is not taught? You’d better believe it. Most of His people are in all the churches of the world, sincere, loving people, who serve God to the best of their knowledge, but they are simply listening probably to their religious leaders that teach them things that are directly contrary to Scripture. But if they are sincere and they truly love the Lord, when they hear the truth, they will hear the voice of Jesus, and they will come out.

Apakah Tuhan memiliki umat di Babilon? Apakah Tuhan memiliki umat di semua gereja di mana kebenaran tidak diajarkan? Percayalah hal itu. Kebanyakan umat Tuhan ada di dalam gereja-gereja dunia, orang-orang yang tulus, yang pengasih, yang melayani Tuhan sebaik-baiknya sesuai pengetahuan mereka, tetapi mereka semata-mata mendengarkan mungkin kepada para pemimpin rohaninya yang mengajari mereka hal-hal yang jelas bertentangan dengan Firman Tuhan. Tetapi jika mereka tulus dan mereka benar-benar mengasihi Tuhan, pada waktu mereka mendengar kebenaran, mereka akan mendengar suara Yesus, dan mereka akan keluar.

Now, let’s apply this in practical terms of what we have studied. Let me ask you, “Is
Sunday holy? Is the Sabbath holy? Who made Sunday holy? It is an idol of time created by man. Am I right? Most certainly so.

Nah, marilah kita aplikasikan apa yang telah kita pelajari ini secara praktis. Coba saya tanya, “Apakah hari Minggu itu kudus? Apakah hari Sabat itu kudus? Siapa yang membuat hari Minggu kudus?” Hari Minggu adalah berhala waktu yang diciptakan manusia. Apa saya benar? Betul sekali.

Now, why do I say this? Why is it that Christians today exults Sunday as a holy day of worship and they say that you don’t have to keep the Sabbath? The reason why is because they are drinking the wine of the harlot, the Roman Catholic Papacy who claims to have changed the day of worship as we have studied in this seminar. They don’t try to hide it. They say, “We were the ones who changed the date! By the authority that Jesus Christ gave to the Church to change His commandments.” In other words, the religious world is intoxicated with the wine of Babylon.

Nah, mengapa saya berkata demikian? Mengapa orang Kristen sekarang ini meninggikan hari Minggu sebagai hari ibadah yang kudus dan mereka berkata kita tidak usah memelihara hari Sabat? Alasannya adalah karena mereka sedang minum anggur perempuan pelacur itu, Kepausan Roma Katolik, yang mengaku telah mengganti hari ibadah seperti yang sudah kita pelajari dalam seminar ini. Kepausan bahkan tidak berusaha menyembunyikan fakta ini. Mereka berkata, “Kamilah yang mengganti harinya! Oleh wewenang yang diberikan Yesus Kristus kepada Gereja untuk mengubah PerintahNya.” Dengan kata lain, dunia rohani sedang mabuk oleh anggur Babilon.

You see, the first day according to the bible is a common work day. Because God says, “Six days shall you labour and do all your work, but the seventh day is the Sabbath of the Lord, your God.” So, in other words Sunday is a common work day. The Sabbath is God’s what? Is God’s rest day. Is the Christian world distinguishing between the holy and the common? They are not distinguishing between the holy and the common. And listen carefully to what I am going to say, as a result they are practicing idolatry.

Kalian lihat, hari pertama menurut Alkitab adalah hari kerja biasa. Karena Tuhan berkata, “Enam hari kamu harus bekerja dan melakukan semua pekerjaanmu, tetapi hari yang ketujuh adalah Sabat Tuhan Allahmu.” Jadi dengan kata lain, hari Minggu adalah hari kerja biasa. Hari Sabat adalah apa? Hari istirahat Tuhan. Apakah dunia Kristen membedakan antara yang kudus dengan yang biasa? Mereka tidak membedakan antara yang kudus dan yang biasa. Dan dengarkan baik-baik kepada apa yang akan saya katakan: Sebagai akibatnya, mereka sedang mempraktekkan penyembahan berhala.

You say, “Now, wait a minute! Are you saying that the observance of Sunday is idolatry?” Some are doing it ignorantly, but nevertheless it is idolatry.

And you say, “How is that?” Well, let me explain how.

Let me ask you, “Who created the sun?” God created the sun. Is the sun a holy object or a secular object? A secular object, right?

Now, what happens if you make the sun a sacred object and you worship the sun? What is that called? Idolatry.

Now, who made the first day of the week? God.

Did He make that day holy? No.

So what happens if you make that day holy? It’s idolatry. It’s the same principle. The only difference is, that the first is an idol composed of matter, where the second is an idol composed of time. But it is still an idol because it is something made by man for worship that God did not make for worship. Are you following me?

Kalian berkata, “Tunggu dulu! Apakah Anda berkata bahwa memelihara hari Minggu itu menyembah berhala?”

Ada yang melakukannya karena tidak menyadarinya, namun demikian itu betul penyembahan berhala.

Dan kalian berkata, “Kok bisa?” Nah, izinkan saya menjelaskannya sekarang.

Coba saya tanya, “Siapa yang menciptakan matahari?” Tuhan menciptakan matahari.

Apakah matahari itu objek yang kudus atau objek duniawi (biasa)? Objek duniawi, betul?

Nah, apa yang terjadi jika kita membuat matahari sebagai objek yang kudus dan kita menyembah matahari? Apa namanya itu? Penyembahan berhala.

Sekarang, siapa yang menciptakan hari pertama dalam seminggu? Tuhan.

Apakah Tuhan membuat hari itu kudus? Tidak.

Lalu apa yang terjadi jika kita menjadikan hari itu kudus? Itu penyembahan berhala.

Ini adalah prinsip yang sama. Bedanya adalah, yang pertama yang dijadikan berhala yang disembah adalah benda, sedangkan pada yang kedua berhalanya adalah waktu. Tetapi tetap berhala karena itu adalah sesuatu yang dibuat oleh manusia untuk disembah, yang tidak diciptakan Tuhan untuk disembah. Apakah kalian bisa mengikuti saya?


Now, let me read you a statement from Ellen White, Vol. 9 of the Testimonies pg 211, I know what I am saying is strong, but it’s the truth. Notice what she says, “The Sabbath question is one that will demand great care and wisdom in its presentation. Much of the grace and power of God will be needed to cast down the idol…” to cast down what? “… the idol that has been erected in the shape of a false sabbath.”

Nah, mari saya bacakan suatu pernyataan dari Ellen White, di Testimonies Vol. 9 hal 211, saya tahu apa yang saya katakan ini keras, tetapi itu adalah kebenaran. Perhatikan apa kata Ellen White,
“Masalah Sabat ada hal yang perlu disampaikan dengan sangat hati-hati dan bijaksana. Kita membutuhkan banyak karunia dan kuasa Tuhan untuk mencampakkan berhala ini…” untuk mencampakkan apa? “…berhala ini yang telah didirikan dalam bentuk Sabat yang palsu.”

So what is the first day of the week for the Christian world? Is a what? An idol! Because anything that man makes for worship that God did not make for worship is what? Is an idol. And I repeat once again. The only difference between worshiping the sun and the worshiping of the day of the sun is that man made the sun an object of worship, and man made time a matter of worship. But the principle is exactly the same.

Jadi hari pertama dalam seminggu buat dunia Kristen itu apa? Apa? Berhala! Karena apa pun yang dibuat oleh manusia untuk disembah yang bukan Tuhan yang membuatnya untuk disembah adalah apa? Adalah berhala. Dan saya ulangi lagi. Satu-satunya perbedaan antara menyembah matahari dan menyembah hari matahari adalah manusia menjadikan matahari objek yang disembahnya, dan manusia menjadikan waktu sesuatu yang disembahnya. Tetapi prinsipnya persis sama.

Now you are saying, “Pastor, are you saying then that God does not accept the prayers of those individuals who are keeping Sundays?”

I am not saying that at all because most Christians are oblivious to what I am talking about tonight. Most Christians don’t know anything about this. They simply go to church on Sunday and they assimilate what their religious leaders teach them and then they go home and watch the football game, or go to the restaurant to go out to eat. Now, if you don’t know about this, and you are sincere and you love the Lord, and you are going to church on Sunday, God still accepts your prayers. However, according to what we have studied, if you know the truth of God, if you know from your study that the Sabbath is God’s rest day, and you insist on keeping Sunday because of family, because of friends, because of work, or whatever it is, then you are accountable before God. And God will not hear your prayers. Because the bible tells us, that he who turns away his ear from hearing God’s Law, his prayer will be what? Will be an abomination. And that’s why the world needs to know this. The religious world needs to know this that we are talking about.

Nah, kalian berkata, “Pastor, apakah Anda mengatakan bahwa Tuhan tidak mendengar doa orang-orang yang memelihara hari Minggu?”

Saya sama sekali tidak berkata begitu karena kebanyakan orang Kristen tidak pernah tahu apa yang saya bicarakan malam ini. Kebanyakan orang Kristen tidak tahu apa-apa tentang hal ini. Mereka hanya pergi ke gereja pada hari Minggu, dan mereka menyerap apa yang diajarkan oleh pemimpin-pemimpin rohani mereka, lalu mereka pulang dan menonton pertandingan sepak bola atau pergi ke restoran untuk makan di luar. Nah, jika orang tidak tahu mengenai hal ini, dan dia tulus dan mengasihi Tuhan, dan dia pergi ke gereja pada hari Minggu, Tuhan tetap menerima doa-doanya. Namun, menurut apa yang telah kita pelajari, jika kita sudah tahu kebenaran Tuhan, jika kita sudah tahu dari pelajaran kita bahwa hari Sabat adalah hari istirahat Tuhan, dan kita tetap bersikokoh memelihara hari Minggu demi keluarga, demi teman, demi pekerjaan, atau apa pun, maka kita bertanggungjawab di hadapan Tuhan. Dan Tuhan tidak akan mendengar doa kita karena Alkitab berkata, barangsiap memalingkan telinganya dari mendengarkan Hukum Tuhan, doanya adalah apa? Doanya adalah kekejian. Dan itulah mengapa dunia perlu mengetahui tentang hal ini. Dunia kerohanian perlu tahu tentang apa yang kita bicarakan ini.


Now allow me to read you a statement from Ellen White where she describes, where she actually connects the sin of Nadab and Abihu with this Sabbath-Sunday issue. She says, “Those who ignore the Lord’s Sabbath to keep holy the first day of the week offered a strange fire to God….” I know this is strong, but it’s the truth, it’s the truth of God’s Word. Listen, if God accepts Sunday as a day of worship He is going to have to apologize to Nadab and Abihu. He is going to have to say, “I’m sorry, you took that which was common and you presented it as holy.” Is the Christian world taking a common day of work and presenting it as if it was holy? So if God accepts that He is going to have to apologize to to Nadab and Abihu for what He did to them. Now, listen to what she continues saying, “Those who ignore the Lord’s Sabbath to keep holy the first day of the week offered a strange fire to God. It is a strange sabbath, which He has commanded them not. Will He accept it at their hands? Men have sought out many inventions. They have taken a common day, upon which God has placed no sanctity, and have clothed it with sacred prerogatives. They have declared it to be a holy day, but this does not give it a vestige of sanctity. They dishonor God by accepting human institutions and presenting to the world as the Christian Sabbath a day which has no ‘Thus saith the Lord’ for its authority. As did Nadab and Abihu, they offer the common in place of the sacred.” (Signs of the Times, 31 March 1898)

Sekarang izinkan saya membacakan suatu pernyataan dari Ellen White di mana dia menggambarkan, di mana dia benar-benar menghubungkan dosa Nadab dan Abihu dengan isu Sabat-Minggu ini. Dia berkata,
“Mereka yang mengacuhkan Sabat Tuhan untuk memelihara hari yang pertama dalam seminggu mempersembahkan api yang asing kepada Tuhan…” Saya tahu ini teguran yang keras, tapi ini adalah kebenaran, inilah kebenaran Firman Tuhan.

Dengarkan, seandainya Tuhan menerima hari Minggu sebagai hari ibadah, maka Tuhan harus minta maaf kepada Nadab dan Abihu. Tuhan harus berkata, “Maafkan Aku, kalian telah mengambil apa yang biasa dan kalian mempersembahkannya sebagai sesuatu yang kudus.” Apakah dunia Kristen telah mengambil hari kerja yang biasa dan mempersembahkannya seolah-olah itu hari yang kudus? Jadi seandainya Tuhan menerima itu, Dia harus meminta maaf kepada Nadab dan Abihu atas apa yang telah dilakukanNya kepada mereka.

Nah, sekarang dengarkan apa yang dikatakan selanjutnya,
“Mereka yang mengacuhkan Sabat Tuhan untuk memelihara hari yang pertama dalam seminggu mempersembahkan api yang asing kepada Tuhan. Itu adalah sabat yang asing yang tidak diperintahkan olehNya kepada mereka. Akankah Tuhan menerimanya dari tangan mereka? Manusia telah mencoba banyak ciptaannya. Mereka telah mengambil hari yang biasa yang oleh Tuhan tidak dikuduskan, dan manusia telah menyelimutinya dengan keistimewaan yang kudus. Manusia telah menyatakannya sebagai hari yang kudus, tetapi tindakan ini tidak memberinya tanda kekudusan. Manusia tidak menghormati Tuhan dengan menerima adat buatan manusia dan mempersembahkannya kepada dunia sebagai Sabat Kristen, suatu hari yang tidak didukung oleh wewenang ‘demikianlah firman Tuhan’. Sebagaimana Nadab dan Abihu, mereka telah mempersembahkan yang biasa menggantikan yang kudus.” (Signs of the Times, 31 March 1898)

Powerful statement? So what have we studied tonight? What have we learnt tonight? We’ve learnt that God will not accept us taking something common and presenting it to God as if it is holy. And God will not accept us taking something holy and treating it as if it is what? As if it is common. Now, let’s apply that to the Sabbath-Sunday issue. The Christian world takes a common day and they presented it to God as what? As holy. Whereas they take the holy day of God, and they treat it as if it is what? Common. Is that the same sin of Nadab and Abihu? It most certainly is, especially if you know it and you still choose to be disobedient to God.

Pernyataan yang keras? Jadi apa yang telah kita pelajari malam ini? Apa yang sudah kita pelajari malam ini? Kita telah mempelajari bahwa Tuhan tidak akan menerima kita mengambil sesuatu yang biasa dan mempersembahkannya kepada Tuhan seakan-akan itu kudus. Dan Tuhan tidak akan menerima kita mengambil sesuatu yang kudus dan memperlakukannya seolah-olah itu apa? Seolah-olah itu biasa.

Nah, mari kita aplikasikan kepada isu Sabat-Minggu. Dunia Kristen telah mengambil suatu hari yang biasa dan mereka mempersembahkannya kepada Tuhan seakan-akan apa? Seakan-akan itu kudus. Sementara mereka telah mengambil hari Tuhan yang kudus dan mereka memperlakukannya seakan-akan apa? Biasa. Apakah itu dosa Nadab dan Abihu? Betul sekali, terutama jika kita sudah mengetahuinya dan kita masih tetap memilih tidak mematuhi Tuhan.


Now allow me to say a few things to Adventists, hehehe, I pick on our own. You see, in the Adventist Church, we have fallen in some places into the same error, into the same sin that was committed by Nadab and Abihu.

Let me ask you, “Do you think that God cares the way we dress when we come to church? Does God accept us coming in work clothes to church, in unironed dirty clothes to church? No, we are going to meet the King of the Universe. There has to be special ironed and washed clothing to come before the Lord, our best. And yet Christians today say, “Ah, no. I dress down to go to church.” But they would never dressed down if they were going to meet the President of the US. They would never dressed down if they were going to some formal event, but to go to church you dress down. Does God care about the way that we present ourselves to Him in the Sanctuary? You’d better believe it.

How about what we do on Sabbath? Does God care about what we do on the Sabbath? Whether we go out to eat in the restaurant, or bring the Crispy King Donuts to the foyer of the church, like happens in some churches? God cares.

Does He care about what we talk about on the Sabbaths? He most certainly does.

Does God care about the kind of music that we listen to? Is all religious music sacred music? You know, that is what the Christian world has said, as long as it has Christian words, God doesn’t care about the music. Is there such a thing as sacred music? Yes. Is there such a thing as common or secular music? Absolutely. Must we make a distinction between the two? Absolutely. A distinction has to be made between the holy and the common.

Last night we studied about the tithe. To whom does the tithe belong? To God. Does God care when we take His holy tithe and we use it for everyday expenses? You’d better believe it. God takes that personally. Because that is not ours, that is holy, it is separated to the Lord. And yet there are many Adventists even within my own church that don’t tithe. Let’s not point the finger at Sunday keepers. Alone. Because if we are doing these things we are in no better shape. We must learn to distinguish between the holy and the common.

Sekarang izinkan saya mengatakan beberapa hal kepada orang-orang Advent, hehehe, saya menegur kelompok sendiri. Kalian lihat, di gereja Advent, dalam beberapa aspek kita telah jatuh ke dalam kesalahan yang sama, ke dalam dosa yang sama yang dilakukan oleh Nadab dan Abihu.

Coba saya tanya, menurut kalian apakah Tuhan perduli cara kita berpakaian pada waktu kita datang ke gereja? Apakah Tuhan menerima kita datang dengan pakaian kerja ke gereja, dengan pakaian yang kotor dan tidak licin ke gereja? Tidak. Kita ini akan bertemu dengan Raja Alam Semesta. Harus ada pakaian yang istimewa, yang sudah dicuci dan sudah digosok untuk dipakai di hadapan Tuhan, pakaian yang terbaik kita. Namun orang-orang Kristen hari ini berkata, “Ah, tidak, saya justru berpakaian yang jelek-jelek saja ke gereja.” Tetapi jika kita akan pergi bertemu dengan Presiden Amerika Serikat kita tidak akan berpakaian yang jelek-jelek. Kita tidak akan berpakaian yang jelek-jelek jika kita pergi menghadiri acara yang formal, tetapi ke gereja kita berpakaian yang jelek. Apakah Tuhan perduli cara kita mempersembahkan diri kita kepadaNya di Bait Suci? Percayalah itu!

Bagaimana dengan apa yang kita lakukan pada hari Sabat? Apakah Tuhan perduli apa yang kita lakukan pada hari Sabat? Apakah kita keluar untuk makan di restoran atau membawa Donut Crispy King ke lobbi gereja seperti yang terjadi di beberapa gereja? Tuhan perduli.

Apakah Dia perduli apa yang kita bicarakan pada hari Sabat? Tentu saja.

Apakah Tuhan perduli musik jenis apa yang kita dengarkan? Apakah semua musik rohani itu musik yang kudus? Kalian tahu, itulah yang dikatakan dunia Kristen hari ini, selama liriknya mengandung kata-kata kristiani, Tuhan tidak perduli dengan musiknya. Apakah ada musik yang kudus? Ya. Apakah ada musik yang biasa atau sekular? Tentu saja. Haruskah kita membuat perbedaan antara keduanya? Tentu saja. Suatu perbedaan harus dibuat antara yang kudus dan yang biasa.

Semalam kita belajar tentang persepuluhan. Siapakah yang memiliki persepuluhan? Tuhan. Apakah Tuhan perduli jika kita mengambil persepuluhanNya yang kudus dan kita pakai untuk pengeluaran sehari-hari? Percayalah! Tuhan menganggapnya sangat serius. Karena itu bukan hak kita, itu kudus, itu harus dikhususkan bagi Tuhan. Namun ada banyak orang Advent bahkan di dalam gereja saya sendiri yang tidak mengembalikan persepuluhan. Jangan menuding para pemelihara hari Minggu saja. Karena jika kita melakukan hal-hal ini kita tidak lebih bagus daripada mereka. Kita harus belajar membedakan antara yang kudus dan yang biasa.
 
Top